Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera bagi kita semua
Saya RAHMI Calon Guru Penggerak
(CGP) Angkatan 11 kelas 36 Kota Bima Nusa Tenggara Barat. Pendidikan Guru Penggerak
memberikan ruang yang seluas luasnya kepada saya untuk belajar bagaimana menjadi
pemimpin pembelajaran dan mengajarkan saya menjadi guru yang berpihak pada
murid. Beberapa materi dalam Pendidikan Guru Penggerak yang sudah didapatkan antara
lain Refleksi Filososfi pendidikan Nasional Ki
Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, budaya
Positif, pembelajaran Sosial Emosional, coaching untuk supervisi akademik, dan pengambilan
Keputusan berbasis nilai nilai kebajikan sebagai pemimpin.
Berikut kutipan yang sangat bagus sebagai
pemimpin pembelajaran :
“Mengajarkan anak menghitung
itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Bob Talbert)
Kutipan Bob Talbert, “Mengajarkan
anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama
adalah yang terbaik” Kutipan ini menggambarkan bahwa pentingnya menjadikan
pendidikan tidak hanya focus pada aspek teknis seperti keterampilan menghitung,
tetapi juga pada pemahaman nilai-nilai dan prinsip kebajikan universal yang
lebih dalam. Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan kognitif. Tetapi
pendidikan yang mengajarkan Pendidikan karakter seperti etika, adab sopan
santun (karakter), integritas, kejujuran, keadilan, empati, dan nilai-nilai
kemanusiaan lainnya. Pendidikan yang berkarakter akan menghasilkan produk dan
sumber manusia yang mulia dan beradab.
Pada modul 3.1 ini kita belajar
bagaimana mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan sebagai
pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan berdasarkan
nilai-nilai kebajikan universal sangat dibutuhkan oleh seorang guru atau kepala
sekolah.
“Pendidikan adalah sebuah seni
untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis”
(Georg Wilhelm Friedrich Hegel)
Kutipan
tersebut menyiratkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan
dan keterampilan. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses pembentukan
karakter, moral, dan etika individu. Pendidikan yang efektif akan menghasilkan
manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur. Pendidikan
merupakan proses menuntun penguatan karakter dan nilai-nilai kebajikan
universal yang diterima di seluruh dunia. Pendidikan karakter sangat penting
apalagi di zaman yang sudah modern seperti ini. Penguatan nilai karakter sangat
dibutuhkan generasi sekarang untuk mencetak generasi pintar tidak hanya di
bidang intelektual saja tetapi juga mempunyai akhlak dan adab yang tinggi.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh
pendidikan Indonesia. Filosofinya, yang dikenal dengan "Ing Ngarsa Sung
Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani," menekankan tiga
prinsip utama:
1. Ing
Ngarsa Sung Tuladha: Seorang pemimpin harus memberi contoh yang baik.
2. Ing
Madya Mangun Karsa: Seorang pemimpin harus bisa memotivasi dan menginspirasi di
tengah-tengah kelompoknya.
3. Tut
Wuri Handayani: Seorang pemimpin harus memberikan dorongan dan dukungan dari
belakang, mendorong dan membiarkan yang dipimpin berkembang secara mandiri.
Dalam konteks pengambilan keputusan,
filosofi ini mengajarkan bahwa pemimpin harus memimpin dengan memberikan contoh
yang baik, mendorong kreativitas dan partisipasi dari bawah, serta memberikan
dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk memungkinkan anggota tim
berkembang dan mengambil inisiatif sendiri.
Sedangkan Pratap Triloka merupakan pemikiran tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan. Dalam konteks pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pratap Triloka dapat saling melengkapi:
- Keseimbangan dan Harmoni: Pratap Triloka mengajarkan pentingnya keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan dan pemahaman mendalam. Seorang pemimpin yang mengintegrasikan prinsip ini akan mengambil keputusan yang mempertimbangkan berbagai dimensi dan dampak dari keputusan tersebut, serta keseimbangan antara kebutuhan individu dan kelompok
- Contoh dan Inspirasi: Filosofi Ki Hajar Dewantara menggarisbawahi pentingnya memberi contoh dan inspirasi. Pemimpin yang memahami filosofi ini akan tahu bahwa keputusan mereka harus mencerminkan nilai-nilai yang ingin mereka tanamkan dan bahwa keputusan tersebut harus menginspirasi orang lain untuk berperilaku dan bekerja dengan cara yang diharapkan.
- Dukungan dan Dorongan: Seperti prinsip Tut Wuri Handayani, seorang pemimpin yang baik harus memberikan dukungan dan dorongan, memungkinkan orang lain untuk berkembang dan berkontribusi secara efektif. Filosofi Pratap Triloka mendukung ini dengan menekankan pentingnya harmoni dan integrasi dalam seluruh sistem, yang membantu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan inovasi.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai bagi seorang guru
penggerak adalah berpihak kepada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan
inovatif. Nilai-nilai tersebut harus ada dalam proses pengambilan keputusan.
Nilai-nilai tersebut sebagai cerminan dari arah keputusan yang akan kita ambil.
Seperti tujuan pengambilan harus berpihak pada murid, mandiri bagaimana kita
sebagai guru merespon suatu konflik dan permasalahan yang ada, kemudian adanya
kerja sama dan kolaborasi tim di dalam penyelesaian masalah, pengambilan
keputusan yang selalu dievaluasi dan direfleksikan untuk perbaikan ke depannya,
serta penanganan masalah dengan cara kreatif dan praktis. Selain itu, pengambilan
keputusan ini juga harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti
keadilan dan bertanggung jawab.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching bertujuan untuk membantu
individu atau kelompok dalam proses pengambilan keputusan dengan cara yang
lebih terstruktur dan reflektif. Dalam sesi coaching, pendamping atau
fasilitator akan:
· Membantu Mengidentifikasi Tujuan:
Mengarahkan klien untuk memahami tujuan mereka dengan lebih jelas, yang akan
membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih terfokus.
· Menyediakan Perspektif Baru:
Mengajukan pertanyaan yang mendorong klien untuk melihat situasi dari berbagai
sudut pandang, sehingga keputusan yang diambil lebih informatif.
· Memfasilitasi Refleksi: Membantu
klien untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil, termasuk mengevaluasi
hasil dan proses pengambilan keputusan tersebut.
Coaching dengan TIRTA dapat membantu
guru dan pendidik untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, sehingga
dapat membantu klien untuk menyelesaikan masalahnya dengan
pertanyaan-pertanyaan berbobot. Model alur TIRTA sangat berkaitan dengan 9
langkah pengambilan keputusan. Secara keseluruhan, coaching memberikan kita
dukungan dalam proses pengambilan keputusan dengan memfasilitasi refleksi,
evaluasi, dan pengembangan keterampilan. Ini memungkinkan kita untuk membuat
keputusan yang lebih baik dan lebih efektif serta menghadapi tantangan dengan
lebih percaya diri.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pengelolaan dan kesadaran aspek
sosial-emosional memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan,
terutama ketika menghadapi dilema etika. Guru yang mampu mengelola emosi mereka
(kesadaran diri), manajemen diri, kesadaran sosial dengan rasa empati yang
tinggi terhadap orang lain, tetap menjaga hubungan komunikasi baik dengan orang
yang terlibat dan tetap konsisten dengan nilai-nilai etika mereka, akan membuat
keputusan yang bertanggung jawab, lebih adil, rasional, dan berdampak positif
bagi lingkungan pendidikan.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus
pada dilema etika danbujukan moral sangat bergantung pada nilai-nilai yang
dianut pendidik. Sehingga pendidik atau guru harus memiliki nilai-nilai
kebajikan universal, seperti: kebenaran, keadilan, kejujuran, integritas,
tanggung jawab, empati, kemanusiaan dsb. Dengan merujuk pada nilai-nilai
kebajikan universal dan profesional, pendidik dapat memastikan bahwa keputusan
yang diambil tidak hanya adil dan etis tetapi juga konsisten dengan
prinsip-prinsip yang mereka anggap penting. Pendekatan berbasis nilai ini
membantu dalam membuat keputusan yang lebih informatif, reflektif, dan
bertanggung jawab, sambil memastikan bahwa keputusan tersebut mendukung
kesejahteraan semua pihak yang terlibat.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang tepat memainkan peran
penting dalam menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman.
Dengan memastikan keadilan, membangun kepercayaan, meningkatkan kesejahteraan,
dan mendukung partisipasi serta keterlibatan, keputusan yang bijaksana dan etis
dapat secara signifikan mempengaruhi kualitas dan atmosfer lingkungan, baik di
tempat kerja, sekolah, maupun dalam komunitas.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan dalam pengambilan
keputusan terkait dilema etika sering kali terkait dengan konflik nilai,
tekanan eksternal, keterbatasan informasi, kompleksitas situasi, perbedaan
perspektif, dan kepatuhan terhadap regulasi. Empat paradigma dilema etika yang
sering berkaitan dengan lingkungan sekolah adalah:
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Menyadari dan mengatasi tantangan
ini secara proaktif dapat membantu kita dan sekolah membuat keputusan yang
lebih baik dan lebih etis dalam lingkungan yang terus berubah.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan dalam
pengajaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemerdekaan murid dalam
proses pembelajaran. Seorang guru atau pendidik harus memahami kebutuhan dan
potensi murid, menetapkan tujuan pembelajaran yang relevan, menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan sosial emosional. Pembelajaran berdiferensiasi
dapat menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid berdasarkan
kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid. Memilih metode
pengajaran yang tepat untuk berbagai potensi murid dapat menciptakan lingkungan
yang inklusif dan mendukung pembelajaran. Dengan keputusan yang baik, pendidik
dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang memberdayakan murid untuk
mencapai potensi optimal mereka.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Keputusan yang diambil oleh seorang
pemimpin pembelajaran mempengaruhi berbagai aspek pengalaman pendidikan murid.
Keputusan yang bijaksana dan berorientasi pada kebutuhan murid dapat
menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, adil, dan berkualitas tinggi,
yang pada gilirannya mempersiapkan murid untuk masa depan yang sukses. Dengan
memprioritaskan perkembangan holistik, keterlibatan keluarga, dan perbaikan
berkelanjutan, pemimpin pembelajaran dapat memberikan dampak positif yang
mendalam pada kehidupan dan masa depan murid-murid mereka.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Secara keseluruhan, modul 3.1 ini
menggarisbawahi hubungan erat antara pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai
kebajikan sebagai pemimpin dengan materi pada modul-modul sebelumnya. Prinsip
dan paradigma dilema etika dalam pengambilan keputusan hendaknya harus
berdasarkan dengan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan
berpihak kepada murid. Semua dasar pengambilan keputusan tersebut terdapat
dalam modul sebelumnya, yaitu filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara, nilai dan
peran guru penggerak, dan budaya positif. Seorang guru harus memenuhi kebutuhan
belajar muridnya dengan pembelajaran berdiferensiasi. Keterkaitan antara
modul-modul ini menunjukkan bahwa keputusan yang bijaksana dan berbasis
nilai-nilai kebajikan universal mempengaruhi kualitas pembelajaran dan hasil
pendidikan murid secara menyeluruh. Integrasi aspek-aspek ini dalam praktik
sehari-hari mendukung pembelajaran yang memberdayakan murid dan mempersiapkan
mereka untuk masa depan dengan lebih baik.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
A. Dilema etika (benar vs benar)
adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan
dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sementara itu,
bujukan moral (benar vs salah) yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang
harus membuat keputusan antara benar dan salah.
B. Empat paradigma pengambilan
keputusan
1. Individu lawan kelompok (individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
C. Tiga prinsip pengambilan
keputusan
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
D. Sembilan langkah
pengambilan keputusan
1. Mengenali nilai yang bertentangan
2. Menentukan pihak yang terlibat
3. Mengumpulkan fakta-fakta yang
relevan dengan situasi
4. Pengujian benar atau salah
5. Pengujian paradigma benar lawan
benar
6. Melakukan prinsip resolusi
7. Investigasi opsi trilema
8. Buat keputusan
9. Lihat lagi keputusan dan
refleksikan.
Hal-hal di luar dugaan saya adalah
dalam mengambil keputusan sebagai guru atau pendidik kita diharuskan untuk
memahami lebih dalam tentang masalah atau kasus dari perspektif yang berbeda.
Karena dalam dilema etika terdapat nilai-nilai yang sama-sama benar tetapi
saling bertentangan, dan dalam kasus bujukan moral terdapat nilai benar vs
salah.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah, tetapi yang saya lakukan
tidak selengkap dengan apa yang saya pelajari dari modul 3.1 ini. Sebelumnya,
dalam pengambilan keputusan saya hanya berpikir satu dua kali secara matang dan
dampak yang akan ditimbulkan setelah mengambil keputusan tersebut. Setelah
mempelajari modul 3.1, sebelum pengambilan keputusan ternyata seorang pendidik
harus mengetahui paradigma dan prinsip dilema etika, serta melalui tahapan
pengujian pengambilan keputusan.
Bagaimana dampak mempelajari
konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam
mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang saya dapatkan setelah
mempelajari modul 3.1 ini adalah pengambilan keputusan dalam kasus dilema etika
dan bujukan moral lebih bijaksana dan reflektif, dengan pertimbangan yang
mendalam tentang etika, prinsip, dan proses pengambilan keputusan. Adanya
peningkatan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi keputusan dengan cara
yang lebih kritis dan sistematis. Kemudian dalam konteks kepemimpinan atau
manajemen, pemahaman ini membantu saya dalam membuat keputusan yang lebih adil,
bijaksana, efektif dan bertanggung jawab sehingga meminimalisir dampak negatif
yang dapat merugikan orang lain akibat keputusan yang sudah saya buat.
Seberapa penting mempelajari
topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang
pemimpin?
Menurut saya modul 3.1 ini sangat
penting karena memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan yang
adil, bijaksana, etis, efektif, dan bertanggung jawab baik sebagai individu
maupun sebagai pemimpin. Dalam Modul 3.1 ini saya memahami bagaimana prinsip, paradigma
dan langkah langkah dalam pengambilan keputusan yang berbasis nilai nilai
kebajikan. Sebagai individu, topik modul 3.1 ini membantu saya dalam membuat
keputusan yang lebih bijaksana dan konsisten dengan nilai-nilai kebajikan
universal yang saya yakini. Sebagai pemimpin, topik modul 3.1 ini meningkatkan
kemampuan saya untuk memimpin dengan adil dan efektif, serta dapat meciptakan
lingkungan kerja yang positif. Keterampilan dan pemahaman yang diperoleh dari
modul ini tidak hanya meningkatkan kualitas pengambilan keputusan tetapi juga
memperkuat integritas dan kredibilitas saya sebagai pendidik.